Dengan semangat menggebu-gebu, kami melesat dengan cepat di jalanan, tanpa disadari sebelumnya ternyata ban belakang bocor, motor sudah bergoyang-goyang seperti saat Sagita bernyanyi lagu Oplosan. Akhirnya setengah jam berlalu untuk menambal ban.
Penampakan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa |
Setelah itu kamipun berangkat kembali, sekitar perjalanan dua jam kami tiba di kaki Gunung Lawu bagian barat.
Perjalanan Masih Panjang dan Menanjak |
Cuaca cerah berawan, suhu lumayan dingin tapi panas terik. Pohon teh, pohon karet ada disekeliling jalan. Jalan disini sangat menanjak dan berkelok-kelok, motor vario gak kuat buat dua orang, akhirnya saya turun dan jalan kaki. Lumayan ngos-ngosan jalan 5 menit.
Sampailah kami di Candi Cetho.
Tiket masuk untuk wisatawan lokal saat itu kalau gak salah 3 ribu per orang.
Wisatawan di sini gak seramai yang saya kira, tapi tetap ada wisatawan dari luar negeri.
Di Candi Cetho ini ada beberapa candi yg masih dibuat utk tempat ibadah.
Salah satunya adalah Candi Dewi Saraswati
Candi Dewi Saraswati |
Jalan menuju Candi Saraswati tidak terlalu jauh dan aksesnya mudah, untuk masuk ke dalam kawasan candi ini alas kaki harus dilepas.
Setelah itu kami ke candi lainnya, candi paling atas yaitu Candi Kethek.
Jalan menuju Candi Kethek ini melalui hutan dan kondisi jalan menurun dan menanjak agak licin. Di candi ini tidak ada satupun pengunjung, sepinya gak ketolong, karena candi ini di tengah hutan pinus.
Candi Kethek |
Sepinya Candi Kethek |
View Dari Candi Kethek |
Candi Kethek |
Jalan kecil dekat Candi Kethek |
Jalan Menuju Puncak Gunung Lawu |
Setelah puas photo-photo di Candi Kethek, kami beristirahat sejenak, sekedar duduk dan mengobrol. Namun tiba-tiba kabut turun.
Mulai horror haha |
Mejeng dikit haha |
Jalannya licin |
@yoggamukti mejeng gantian. Jalur dengan jurang di kanan. |
Sampai di parkiran motor kabut semakin tebal dan mulai turun hujan.
Sambil menunggu hujan yang tak kunjung henti, kami ingin membuktikan sebuah teori.
Teori ini saya dapat dari bapak saya, dia mengungkapkan teori bahwa cara untuk tidak kedinginan di dataran tinggi adalah mandi, iya MANDI.
Terdengar gila, tapi layak untuk dicoba. Saya coba mandi, kaki yang menginjak lantai di kamar mandi saja dinginnya sudah nyiksa. Airnya seperti air minum di kulkas rumah saya.
Saya guyur air perlahan dari kaki hingga pinggang, dinginnya lumayan dingin banget, begitu disiram ke dada bikin ngos-ngosan, dinginnya nusuk. Begitu diguyur ke kepala makin ngos-ngosan dan pandangan seperti hilang keseimbangan, aneh rasanya tapi seger.
Selesai mandi ternyata memang benar tidak terasa dingin di luar, ya pokoknya enak deh udah seger. Sekarang gantian giliran @yoggamukti yang mandi, hahahaha RASAKAN DINGINNYA AIR ITU! HAHA!
@yoggamukti mandinya sambil teriak-teriak |
Jam menunjukkan pukul 4, hujan tak kunjung berhenti, kabut tak kunjung hilang, lebih baik nekat turun hujan-hujanan daripada keburu gelap.
Whuuuusssh motor melaju kencang menerjang kabut dan derasnya hujan, tangan gemeteran, kuping rada budek, kaki terasa kaku, duit sisa 2000 perak, perut keroncongan, oleh-oleh cuma beli teh dari perkebunan disitu.
Sampai di rumah badan serasa masuk angin, ya lumayan lah perjalanannya.
Hikmah yang bisa diambil yaitu teori mandi biar gak dingin itu benar, selalu siapkan uang cadangan yang cukup.
Salam Lestari.
0 komentar:
Posting Komentar