Kami berangkat dari Solo pukul 9 lewat dikit (padahal banyak), perjalanan Solo-Boyolali kira-kira ditempuh sekitar satu setengah jam, kami mendaki melalui jalur Selo, untuk sampai di basecamp pendakian jalur Selo, dibutuhkan perjuangan yang ekstra, jalanan yang kami lalui begitu menanjak, untung saja motor kami kuat melalui jalur itu, soalnya tiap hari makan makanan bergizi 4 sehat 5 sempurna *mulai ngaco*.
Setibanya di basecamp, kami langsung mengisi laporan pendakian dan langsung bersiap-siap, ya! Kami sudah siap, siap untuk makan siang terlebih dahulu :D
Selesai makan siang, saatnya kaki mulai melangkah dengan do'a di setiap pijakannya, saatnya raga menyatukan diri dengan alam serta dengan Sang Pencipta Alam. Pendakian Gunung Merbabu, Sabtu, 28 September 2013 dimulai.
Bismillahirrahmanirrahim
Gerbang Pendakian Jalur Selo |
Peta Jalur Selo |
30 menit berlalu, napas mulai kembang kempis senen-kemis, akhirnya kami memutuskan untuk break sejenak.
"haduh napas gue macet" |
1.. 2.. Jebret! |
Setelah mendaki jalur yang menanjak, tibalah kami di tempat kamp para pendaki. Di sini kami mendirikan tenda.
Mpitian |
Photo bersama teman dari NTT, Medan, dan Semarang |
Setelah salat, kami memutuskan untuk makan, teman saya menyiapkan perapian, pada saat dia membuka kotak parafin, *jeder* isinya cuma dua, kami semua panik, dua buah parafin tak akan cukup untuk saat itu. Akhirnya kami meminta parafin dari para pendaki yang hendak turun, dan alhamdulillah kami mendapatkan tiga buah. Kami pun lega mendapati hal itu.
Setelah makan, hari mulai gelap, sang fajar mulai turun dengan perlahan, langit berubah menjadi ungu, hawa semakin dingin, kami mulai masuk ke dalam tenda.
Ketika malam tiba, kami keluar tenda, subhanallah kami disuguhi pemandangan langit yang sangat indah, gugusan bintang tampak jelas dan terang kala itu, hawa semakin dingin. Kami bergabung di perapian bersama teman dari NTT, Medan, dan Semarang. Kami bertukar cerita, bercanda gurau, bernyanyi, dan menghabiskan malam yang indah bersama. Sungguh momen yang tak terlupakan.
Jam menunjukan pukul 9, dingin semakin menusuk, kami mulai masuk ke dalam tenda dan tidur. Amir dan Helmi teman saya tertidur dengan cepat, tapi saya tak bisa tidur saat itu, entah kenapa, mungkin karena belum terbiasa tidur dengan hawa dingin yang menusuk seluruh tubuh hingga sulit untuk bergerak.
Jam menunjukan pukul 5 lewat 30, kami telah bangun, pada saat kami keluar dari tenda, tampak sang fajar mulai bersinar di timur cakrawala, sungguh pemandangan yang indah.
Selamat Pagi Merbabu |
Selamat Pagi Merbabu |
Jepret Momen Dulu Haha |
Sampai di atas, menuju Sabana I, berlatar Gunung Merapi |
Sabana I |
Puncak Trianggulasi - Puncak Kenteng Songo |
Setelah itu kami langsung mendaki Kenteng Songo. Jalur yang dilalui sangat terjal, untuk mencapai atas memang benar-benar melelahkan, jalur berpasir menambah sulit pendakian. Tepat pukul 12 tibalah di puncak Kenteng Songo.
Tak ingin berlama-lama, karena kita diburu oleh waktu, kami langsung turun dari Kenteng Songo, untuk turun dari sini, dibutuhkan kehati-hatian yang ekstra, juga keseimbangan tubuh, salah sedikit bisa jatuh dan terguling hingga bawah.
Perjalanan turun dari Kenteng Songo menuju Sabana I lebih cepat, ketika kami hendak turun dari Sabana I menuju tenda kami, tiba-tiba jalur pendakian ditutup kabut yang cukup tebal, pandangan hanya sepanjang 5 meter saja. Saya, Amir, dan Helmi pun terpisah, Amir berada paling depan, saya terakhir melihatnya jalan melalui sisi kiri, saya mengambil sisi kanan jalan mengikuti pendaki lain, Helmi berada paling belakang, entah dia mengambil jalan mana, jalur yang dilalui didapati percabangan kembali, saya dan seorang pendaki lain berhenti berjalan, kami berteriak "Hoooy", dari bawah sisi kiri terdengar sautan "Heeey", setelah itu saya mengambil sisi kiri.
Jalan yang dilalui kali ini lebih buruk daripada tadi saat menuju keatas, pasir yang sangat tebal serta mudah longsor ini begitu menyulitkan, saya saat itu berjalan sangat lambat, namun kenapa Helmi tidak lekas menyusul saya, saat itu saya teriak ke arah atas "Helmii", terdengar sautan di sisi kanan "Yaaa", ternyata Helmi mengambil sisi kanan. Semua pendaki saat itu berjalan dengan penuh hati-hati, kabut saat itu masih sangat tebal.
Sekitar setengah jam, akhirnya kami sampai di tenda.
Percaya atau Tidak, Ini Memang Saya |
Istirahat sebentar dan lanjut lagi, terus berjalan, terus terperosok, ya sekitar setengah jam setelah itu kami sudah sampai di bawah. Alhamdulillah tak ada kendala.
Pendakian ini berakhir dengan lancar, berhasil kembali dengan pengalaman baru, sebuah momen yang tak akan bisa dilupakan. Sebuah kehormatan bisa berjalan menapaki alam Ibu Pertiwi, Negeri dengan semangat yang menjulang khalayak gunung-gunung yang berdiri dengan kokoh.
Sampai jumpa di lain kesempatan, di tanah kita tercinta.
Gunung Merbabu, 28-29 September 2013.
"Mencapai puncak bukanlah tujuan saya, karena kebahagian terjadi justru ketika prosesnya, saya hanya ingin menyatu dengan alam serta dengan Penciptanya"
0 komentar:
Posting Komentar