Jumat, 07 November 2014 0 komentar

Sendiri Aku Pergi 2

Belum lama kuburan itu kering, isak tangis masih menyelimuti keluarga pemuda itu.
Tak menyangka anak satu-satunya itu pergi ditelan gagahnya rimba seorang diri.

Ibunya hanya menangis disaat tim SAR menjelaskan keadaan, bahwa anaknya tak bisa dibawa turun.

Badai yang terlalu dahsyat membuat jenazah sulit dievakuasi, berhari-hari badai itu tak kunjung tenang.

Disanalah, pemuda itu pulang, Cokro Suryo nama tempatnya. Pos 4 Gunung Lawu.
(Sumber: http://gadisrantau.files.wordpress.com)

Bersemayam diantara edelweiss dan cantigi. Jauh di atas awan.
Tempat yang indah untuk kembali atau malah tempat yang buruk. Terjebak dalam luasnya rimba.
Dimana jarang dijamah oleh manusia.

(Sumber: gotawangmangu.blogspot.com)
Sendiri. Merintih sendiri. Menyesal sendiri. Tempat yang indah itu berubah buruk baginya.
0 komentar

Sendiri Aku Pergi

Sebuah kamera dan camilan. Hanya itu. Bahkan air minum pun tidak ia bawa. Pemuda itu tertatih-tatih diantara jurang-jurang yang menganga, berlindung di bawah seribu pohon cemara.

Bermodal ego dan ketidaktahuan ia jalani. Bulan Desember ia mendaki seorang diri.
Hembusan angin semakin kencang menerjang tubuhnya, kala jaketnya tak kuat lagi menahan air.

Langkah demi langkah ia jalani untuk sampai di puncak, seketika jalan menjadi aliran sungai. Petir menyambar-nyambar, membuatnya menunduk dan melambatkan langkahnya.
Seketika ia berpikir, "Seperti inikah rasanya mendaki gunung? Atau memang hanya aku yang sedang tertimpa sial?".

Tangannya mulai kaku, nafasnya mulai terengah-engah, tubuhnya mulai menggigil.
Semua itu tak membuat pemuda itu menyerah. Ia langkahkan kakinya hingga sampai di suatu padang luas.

"Aku pikir, mendaki gunung itu sama seperti ketika liburan ke Gunung Tangkuban Perahu", pikir pemuda itu. 

Pikirannya mulai kacau, tak tau harus kembali atau melanjutkan naik.
Tak ada lagi yang ia bayangkan dalam kepalanya selain senyum ibunya yang sedang rindu. 
Tubuhnya tiba-tiba menjadi hangat, jari jemarinya tak lagi merasakan dingin.
Belum sampai ia melangkahkan kaki, pemuda itu terjatuh, entah kenapa.

Berdiam diri diterjang badai. Angin. Hujan. Kabut. Petir. Hanya mereka yang menemani.
Samar-samar ia melihat seseorang, berlari menghampiri dengan baju orangenya, mengangkat pemuda itu dan membawanya turun.

Sudah terlalu jauh ia melangkah.
Pemuda itu mulai muntah, dan tak sadarkan diri.
Perlahan hilang dan pergi begitu saja.

Kini namanya tertuliskan pada suatu batu di sebuah padang sabana, Gunung Lawu.
Sabtu, 01 November 2014 0 komentar

Berani Makan Kulit Ayam Goreng Gue?!

Tahukah kalian apa yang paling nikmat dari seluruh tubuh ayam? Kulitnya!
Rasakan betapa lembutnya, betapa renyahnya, betapa gurihnya, betapa kuat sensasi kenikmatannya.


Kulit Ayam Goreng (sumber: jaakechik.com)
Kalau menurut survey gue, 75% orang lebih suka kulit ayamnya daripada dagingnya, 25% lainnya memilih untuk tidak mengkonsumsinya perihal segi kesehatannya.

Begini, kulit ayam memang mengandung lemak lebih banyak daripada daging di seluruh tubuhnya, namun kandungan lemak tak jenuh lah yang lebih mendominan, kalorinya juga lebih banyak, proteinnya juga cukup banyak.


Keseluruhan Kulit Ayam Mengandung 450 Kalori (sumber: healthguru.sg)

 
Nutrisi pada 100g Kulit Ayam ( = keseluruhan kulit pada ayam)


Kalau dikalangan saya dan keluarga saya, kulit ayam ini sangatlah penting.
Kalian ingat peribahasa ini: "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga"?
Ya begitulah, dalam keluarga kami, kulit ayam sangat krusial.
Slogan keluarga saya: "Kalau ada yang berani meminta kulit ayam goreng kami, langkahi dulu mayat kami"

Berani makan kulit ayam goreng gue? Kita musuhan!


sumber:
ayamkarkas.com
myfitnesspall.com
healthguru.sg
Minggu, 26 Oktober 2014 0 komentar

Teman, Mengertilah

Aku bukanlah ahli, aku bukanlah pakar, aku bukanlah guru, aku hanya orang yang memiliki sedikit pengetahuan lebih. Mengertilah, teman.

Aku memang sedikit pandai mengotak-atik komputer, kau tau itu, tapi bukan berarti kau dapat menyuruhku seenaknya, aku punya kesibukan lain. Mengertilah, teman.

Aku memang sedikit pandai mendesain, kau tau itu, tapi bukan berarti kau dapat menyuruhku seenaknya, semua desain butuh waktu dan ide, tidak semudah yang kau kira. Mengertilah, teman.

Kau tau rasanya ketikaku selesai mendesain dan tak kau hargai sedikitpun karyaku?
Kau tau rasanya ketikaku menikmati waktu santaiku dan kau usik secara paksa?

Kini aku memilih untuk diam dan menarik diri dari dunia itu.
Kini aku memilih untuk tidak peduli dengan dunia itu.
Kini aku memilih untuk berpura-pura tidak tau.
Kini aku memilih untuk bebas dari belenggu.

Mau bagus dan cepat? Bayar.
Mau bagus dan gratis? Sabar.
Mengertilah, teman. Desain grafis, bukan desain gratis.
Ini bukan soal uang, ini soal kesopanan.
 
;